Disertasi Menteri Bahlil Ditelisik: Jejak Plagiatkah? Dua Profesor Angkat Bicara! Kontroversi Disertasi Menteri Bahlil: Benarkah Ada 'Pinjaman' Tanpa Izin? Geger Disertasi Menteri Bahlil! Guru Besar Soroti Dugaan Plagiarisme. Disertasi Menteri Bahlil di Bawah Mikroskop

Maheswara.net Hai semoga perjalananmu selalu mulus. Dalam Opini Ini mari kita telaah NASIONAL yang banyak diperbincangkan. Tulisan Yang Mengangkat NASIONAL Disertasi Menteri Bahlil Ditelisik Jejak Plagiatkah Dua Profesor Angkat Bicara Kontroversi Disertasi Menteri Bahlil Benarkah Ada Pinjaman Tanpa Izin Geger Disertasi Menteri Bahlil Guru Besar Soroti Dugaan Plagiarisme Disertasi Menteri Bahlil di Bawah Mikroskop Baca artikel ini sampai habis untuk pemahaman yang optimal.

Pada tanggal 19 Oktober 2024, Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, seorang Guru Besar dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta), menjelaskan melalui tulisannya di laman resmi UIN Jakarta mengenai isu yang melibatkan disertasi Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Isu ini bermula ketika seorang mahasiswa doktoral, yang juga dosen di UIN Jakarta, melakukan pengecekan keaslian disertasi Bahlil menggunakan Turnitin dan mendapatkan hasil similarity sebesar 13%.

Namun, menurut Prof. Maila, dokumen tersebut tidak segera dihapus dari repository Turnitin kampus. Akibatnya, ketika dilakukan pemeriksaan ulang, sistem mendeteksi kesamaan 100% karena file tersebut telah terdaftar dalam database Turnitin sebagai dokumen resmi. Hal ini, seperti yang disampaikan Prof. Dedeh, menciptakan kesan yang keliru bahwa Menteri Bahlil melakukan plagiasi karya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Prof. Maila, yang juga merupakan Guru Besar Pendidikan Anak Usia Dini dan Kesejahteraan Sosial di UIN Jakarta, menjelaskan cara kerja Turnitin. Turnitin mendeteksi kesamaan teks berdasarkan dokumen yang sudah tersimpan dalam sistemnya. Turnitin adalah layanan berbasis website yang digunakan oleh peneliti di dalam dan luar negeri untuk mendeteksi kesamaan teks dalam karya tulis.

Prof. Dedeh Fardiah, Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), juga mengamini penjelasan Prof. Maila. Beliau mencontohkan kasus lain di mana naskah disertasi mahasiswa yang akan diterbitkan di jurnal ilmiah tidak diparafrase terlebih dahulu. Jika naskah tersebut ditolak oleh jurnal pertama dan kemudian dikirim ke jurnal lain, naskah tersebut sudah terdata dalam database jurnal awal. Hal ini dapat menyebabkan angka Turnitin menjadi tinggi, yang disebut sebagai auto plagiarism atau self plagiarism.

Prof. Maila menegaskan bahwa setelah dilakukan uji resmi, nilai similarity disertasi Menteri Bahlil adalah 13%. Nilai ini berada di bawah ambang batas yang diterima untuk disertasi, yaitu antara 15-30%, tergantung kebijakan masing-masing perguruan tinggi. Dengan demikian, tidak ada indikasi plagiarisme dalam disertasi tersebut. Untuk menghindari masalah serupa, disarankan agar pengecekan sementara dilakukan dengan pengaturan no repository, agar file tidak tersimpan permanen dan tidak memengaruhi hasil pemeriksaan di masa mendatang.

Kasus ini menyoroti pentingnya pemahaman yang tepat mengenai cara kerja Turnitin dan interpretasi hasil similarity. Dugaan plagiasi yang didasarkan pada angka Turnitin yang tinggi harus diperiksa lebih mendalam, dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti sumber dokumen dan pengaturan repository.